30 Desember 2008

Sebuah Review Komik Kambing Jantan (yang tidak pantas dibaca!)

OK. Langsung aja, buat kalian semua yang baca postingan ini, ga peduli kalian bisa baca atau ga, kalian mo baca tulisan absurd ini atau ga juga terserah, yang penting perlu kalian ketahui, bahwasanya:

  1. Aku nulis postingan ini tanpa paksaan dari siapapun, termasuk dari Dika atau Diogol, maupun pihak-pihak yang ga seneng sama mereka berdua. Ini murni dari isi hatiku sendiri, I swear….
  2. Aku bosan dengan kebanyakan postingan review Komik Kambing Jantan yang isinya ngebaik-baikin Komik Kambing Jantan dan beberapa malah ada yang rela promosi secara sadar atau tidak buku-buku Dika sebelumnya. *aku ga’ tau mereka dipelet Dika atau sengaja biar dipilih Dika buat jadi review terbagus atau apa, yang jelas satu komen buat kalian yang ngelakuin itu: ‘Mau-maunya sih lo semua? Emang dibayar berapa ama Dikung?’ *
  3. Aku ga’ tau apa itu artinya review dan ga’ tau gimana cara nulis review yang bener, jadi maklum aja kalo di postingan ini kalian ga’ bisa baca review yang sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah yang benar bayangan kalian.
  4. Aku rela terjerumus ke dalam lubang setan sayembara Gagasmedia buat nulis ni review, coz ngiler banget setelah liat contoh tas yang mau dibagiin buat hadiah pemenangnya. * mupeng mode on :-o* So, buat tim marketing Gagasmedia, kalian ga usah repot-repot kasih aku akomodasi dan biaya transport Purwokerto-Jakarta buat ketemuan ama ‘Our Superstar’(baca:Dika n Dio) kalo aku menang, aku cuma pengen tasnya aja! Cukup. Plizz...jangan siksa aku buat ketemu dua setan itu!

Alright, ga’ usah kebanyakan bacot, langsung tunjep point aja.




Present



Buat yang belum pernah sama sekali baca Komik Kambing Jantan-nya Dika and Dio, aku saranin ga’ usah baca! Daripada otak kalian jebol dan ketawa tanggung, mending kalian ngerjain hal-hal positif lainnya. Ngaji kek, baca Koran kek, atau baca buku kepribadian. Soalnya, banyak korban yang telah berjatuhan akibat serangan ayan mendadak setelah baca komik ini. Liat aja di cover-nya tuh, Dika tersenyum dengan penuh kelicikan bukan saudara-saudara? Itu bukti dia telah menandatangani kontrak dengan setan penunggu segitiga Bermuda untuk memperdaya kalian yang baca komiknya! Sungguh biadab….


Jadi ni komik isinya tentang pengalaman Dika selama belajar di Ostrali dan suka-dukanya hidup di sana. Dari prolog-nya aja bisa ditebak, ni anak bakalan hidup sial di negeri kangguru itu. Lah, keberangkatannya ke Ostrali aja disukurin sama keluarganya! Bisa dibayangin kan betapa sialnya ni bocah jadi public enemy keluarganya?


Selebihnya, kehidupan kejam di Ostralilah yang setiap hari menemani aktivitasnya. Gimana dia dipecundangi main badminton oleh saudara senegaranya, Harianto. Gimana dia dihantui oleh pemilik asrama kejam yang selalu bawa cambuk. Gimana dia ditaksir oleh cewe’ Korea yang ternyata mengingatkan cewe’ itu sama anjingnya. Dan gimana cara survival tanpa makan (enak) di Ostrali yang tidak pantas ditiru. Semua itu ada di dalam komik KJ ini. *uohh….kekejaman yang indah*


Pendapatku tentang Komik KJ ini:

Pertama, kesanku setelah baca Komik Kambing Jantan yang katanya digembor-gemborin bakalan heboh itu adalah dua kata: DATAR ‘n GARING! Padahal udah kusengaja dibaca pelan-pelan (niatnya sih biar lebih mendalami ceritanya, dan biar ga cepet abis gitu! Hehehe…), tapi apa yang aku dapat dari pengalaman membaca sendiri komiknya dengan yang dipromosikan ternyata berbeda sekali kawan-kawan! Aku cuma mesam-mesem mirip kuda disunat aja abiz baca tu komik. Ga’ tau, mungkin kurang chemistry pas menghayati ceritanya atau karena belum baca bolak-balik bukunya. Who knows…Wallahualam…. *padahal tu komik kan dicetak bolak-balik, dan mungkin karena terlalu dudul kubaca satu sisi doank. LOL*


Tapi ada beberapa kok-ga’ semua critanya garing-yang bikin aku sempet kepingkal-pingkal. Pas cerita Dika disamain sama si Youra, anjing manusiawinya si cewe’ Korea berpusaka bulu ketek itu (saking miripnya sama manusia-Dika-jadi kusebut anjing manusiawi, atau malah Dika manusia yang hewansiawi?). Di scene itu bener-bener aku rasain urat dika yang putus, karena saking gelinya nahan tawa. *Dika, dika…sabar ya nak! Kamu memang lebih pantas disandingkan dengan kambing atau dengan babi, bukan dengan anjing! Terkutuk tu cewe’ bau! Ahyak…*


Kedua, mungkin karena baru pertama kalinya gambar untuk tujuan komersil, coretan-coretan gambar Dio di komik ini kerasa belum konsisten. Gambar-gambar muka Dika kadang berbeda-beda di tiap cerita. Ga’ tau ini tujuan terselubung Dio untuk lebih menghancurkan imej Dika atau konspirasi jahat Dio dan Dika untuk menciptakan mata uang baru bergambar muka Dikung (lho???). Tapi kalo alasan Dio emang untuk menghancurkan imej si Kambing, well done…you’ve just made it perfectly and silently.


Masalah yang lain, mungkin Dio agak sedikit kurang perhatian antara mana gambar yang perlu dibesarin dan mana yang emang pantas digambar kecil. Contohnya aja, gambar pas pikiran lebay Dika muncul, ilustrasi dan tulisannya keciiilll banget, jadi susah dibaca. Padahal itu kan sangat mendukung isi cerita. Sedangkan gambar-gambar lain yang ga’ penting banget (ex: muka Dika yang lagi mode ganteng! Ga’ penting banget kan tuh? Nyebar fitnah lagi!) justru digedein. OK, aku tau maksud Dio nggedein gambar-gambar kaya’ gitu, mungkin karena biar dapet aura dan feel scene tertentu atau apa pas muka Dika lagi mode changing, tapi mungkin buat komik-komik berikutnya tolong diperhatiin ya!


Ketiga, dan yang paling bikin kecewa: Komik segede gitu, yang pake kertas buram, yang (menurut beberapa korban) cetakannya kurang precise, dan gada bonusnya pula dihargain IDR 33.000? Oh, man…serius aja! Komik lokal bikinan negeri sendiri yang bikin rusak moral dan intelektual anak bangsa ini bahkan lebih mahal dari komik Jepang terbitan pabrik lain! Bandingin aja, masa’ Komik Kambing Jantan bisa lebih mahal dari komik Detective Conan yang cuma seharga 12.500 perak! Apa kata dunia?!


OK, aku paham ini produk ekslusif dari duet maut Dika dan Dio yang sebelumnya emang ga’ pernah bikin komik. Dari segi isinya mungkin bisa lebih mahal dari harga bukunya ndiri, secara…Dika yang hobinya nge-blog ujug-ujug bikin skrip komik ndiri dan nggandeng komikus dari Bandung (eh, Dio dari Bandung kan? Am I right?). Dan aku hargain itu, sebuah karya yang inovatif dan sangat langka, bahkan bisa menggebrak industri komik dalam negeri. Tapi dari segi pengemasannya, alamak…harga segitu mah keterlaluan atuh! Mending dikasih bonus pembatas buku atau apa, jadi yang beli bisa sedikit kehibur gitu punya barang eksklusif selain bukunya. Koreksi buat sang penerbit ya! *sukur-sukur kalo dibonusin tas yang buat hadiah itu! Hehehe…tapi ga’ mungkin ya?*


Sekarang untuk pemilihan scene award:

  1. Buat the best and the funiest scene, pilihanku jatuh pada scene pas Dika disamain anjing dan pas Dika ngomong Badminton dengan sebutan fur blocking! *Masyaalloh Dik…bego lo ga’ ketulungan!*
  2. Buat the scariest scene, yaitu pas Dikung bisa sukses bikin seorang teman Jepangnya dideportasi (thriller banget tuh!) dan pas dia nanyain Adelaide sama tukang bajaj dan akhirnya disiram dengan oli panas sama si tukang bajaj. *Dikung dudul, tukang bajaj lo tanyain Adelaide! Ga’ sekalian tanyain teori ilmu komunikasi bang?*
  3. And the worst scene goes to….scene pas Dika lagi punya masalah sama Momo! *yaelah…bersambung gitu ceritanya! Mana enak dibaca!*

Itu semua tanggepanku setelah baca Komik Kambing Jantan. Jelas, pengalamanku baca komik ini beda dengan pembaca lainnya. So, kalo ada yang kurang setuju, maaf aja aku ga’ terima komentar, apalagi parcel sogokan (lho??). Setiap orang punya cara pandang masing-masing kan?


Tapi, overall aku salut dengan hasil kolaborasi duet maut Dika gila dan Diogol najrong ini. Mereka mampu membuahi, eh…membuahkan (emang sperma?) suatu karya-Maha-Agung-pembuat-cacat-mental-anak-Indonesia ini ditengah lesunya pergumulan dan pergerakan dunia komik Indonesia. *asem…bahasanya kaya kolumnis koran banget!*


Buat Dika dan Dio, jangan patah semangat dan patah arang, apalagi goyang patah-patah, aku nulis ini semua bukan untuk menghakimi kalian kok! Cuma pengen dapet hadiah tas kerennnya aja kasih masukkan aja buat kalian. Kan komik selanjutnya bakal ada lagi tuh? Nah…usahakan kualitas cerita yang bagus (imajinasi lebay Dika, dll) dipertahanin ya, trus yang kurang-kurang ‘n yang dapet banyak semprotan diperbaikin. Jangan sampe komik kedua kalian berat diongkos karena cerita dan gambarnya ga’ mutun mutu. Kalo bisa sih, jangan bersambung lagi ceritanya! Hihihi…. ;)


Buat sang penerbit: “Turunkan harga kebutuhan pokok!eh…komik keduanya! Sediakan bonus untuk kami rakyat jelata!! Turunkan honor Dika dan Dio biar komiknya lebih murah lagi!!” *hehehe…sori Dik, Dio!*


Busyet!! Bujubuneng!! Aku nulis review apa novel ya? Huff…kali itu aja kritik-pedes-sambel-trasi review dariku. Membingungkan bukan? Kan tadi udah disuruh baca peringatan, bahwasanya aku ga’ paham gimana cara nulis review yang baik dan benar. Sapa suruh baca!


OK, Psikoplak check out.


Keep fighting spirit buat Dika and Dio! *kok jadi berasa kaya’ Tukul ya?*


Sukses buat komik keduanya!

22 Desember 2008

Oleh-oleh dari Kaliurang

Apa kabar blog-ku? Ah…kasihan sekali dikau tak terjamah selama beberapa mingggu. Maafkan bapakmu ini ya nak yang tidak rajin merawatmu lagi! Hehehe….

Ok, langsung saja update berita terbaru dari psikoplak. Jreng….


Kemarin aku baru saja jadi panitia LDK Himakom. Dua hari satu malem LDK Himakom ini take place di Wisma Sembada Kaliurang. Duh…ngulang romantisme (baca: romantisme mistis) pas makrab anak-anak Rekmed lagi deh. Seperti biasa, tugas aku kali ini selalu mewarisi kebiasaan tugas pas SMA dulu kalo jadi panitia, yaitu…OP alias perkap! Lengkap deh koleksi cap OP-ku di track record berorganisasi. Kalo temen-temen SMA-ku dulu nyebut ‘Perkap Abadi’ dan kayaknya kutukan ‘perkap abadi’ ini masih setia mengikutiku. Mungkin seharusnya aku di-ruqyah aja….


Ngadain acara asal sama anak-anak Himakom selalu penuh dengan kekonyolan. Contoh aja pas malemnya karena kita kurang kerjaan dan emang belum punya libido buat tidur aku, eja, zaza, dan teman-teman sepermainan lainnya ngobrol-ngobrol gak jelas gitu. Pas lagi asiknya ngobrol si Zaza ga’ sengaja nemu buku TTS ‘terkutuk’-nya mas Ceper. Si Zaza yang belum tau TTS itu udah kena kutukan langsung aja main ngisi.


Zaza: “Bah…TTS apaan ni!”


Eja: “Kenapa za?”


Zaza: “Ni, coba lu jawab: manusia robot, 5 kotak”


Eja: “Gaban tu pasti!”


Zaza: “Tadinya gua juga mau jawab Gaban, tapi ga’ pas ama kotak lainnya”


Eja: “Lha, terus apaan? Coba lu liat aja di kuncinya!”


Zaza: “ROBOT”


Semuanya: “……..” (saling pandang-pandangan)


Semuanya: “Wakakakaka……TTS apaan tuh? Ga mutu banget!”


Minggu pagi sampe siangnya peserta langsung disediain outbond muterin daerah sekitar Wisma Sembada. Dan outbond itu yang bikin aku ngerasa aduh-mak-capek-banget pas acara LDK-nya selesai karena aku juga termasuk salah satu panitia yang mendapat ‘kehormatan’ buat jaga pos. Mana sepanjang jalan outbond dari pos 5 sampe finish aku bawa galon isi air seperempatnya pula dan bikin tanganku terus gemetaran sampe tadi malem.


Buat temen-temen penjaga pos 5: Harum, Dimas aku minta maaf ya kalo pas jaga kemarin aku pasang muka cemberut terus dan rada’2 ga’ mood. Ga’ tau koq setelah sampe di pos 5 abis makan aku ngerasa pengin sendiri aja, ninggalin kalian berdua. Kena sambet setan gundukan batu yang kita dudukin kali ya? Atau mungkin karena cemburu ngeliat kalian asik ngobrol? Hehehe…bingung sendiri aku.


Sore tadi anak2 inex kumpul buat milih kadiv selanjutnya. Ternyata milih kadiv inex tahun sekarang ribet banget ya? buktinya waktu sejam lebih aja ga' cukup buat sekedar voting kadiv inex yang baru. Padahal divisi Himakom yang lain juga ga segitu-gitunya amat! Yang bikin tu voting lama sebab kedua calon kadiv terpilih, yaitu Wenny dan Fariz sama-sama adu bacot dan tunjuk-tunjukkan buat dipilih jadi kadiv baru. Ditunjuk Fariz, Fariznya nunjuk Wenny. Wenny ditunjuk, eh...malah balik Fariz yang ditunjuk. jadi tu tadi sore sampe maghrib bukannya ngomongin visi dan misi yang jelas dan nunjukkin bahwa dirinya mampu jadi kadiv inex, malahan debat tunjuk-tunjukkan absurd gitu. Yah...walopun ga' sekacau yang kalian pikirkan.


Akhirnya Farizlah yang keluar sebagai pemenang voting absurd penunjukkan kadiv inex yang baru. Selamat ya buat Fariz! Bikin inex tahun depan jadi komersil Riz, kaya EO profesional gitu Riz, jadi kita-kita berpenghasilan sambil berorganisasi gitu! hehehe...


Buat Wenny the Loser, jangan lupa janji MR. Burgernya! selasa sore ya! Aku mau Onion Ring super! wahahahaha....


Oiya, baru inget ternyata sekarang Hari Ibu. Buat semua Ibu yang ada di Indonesia aku ucapin terima kasih banget buat pengorbanan kalian. Kalian telah melahirkan kami, penerus-penerus bangsa ini dengan resiko nyawa. Kalian telah susah payah menyusui kami yang tak berdaya sewaktu bayi. Kalianlah yang selalu didekat kami dan menuntun kami hingga dewasa.


Ibu…pengorbanan dan kasihmu sepanjang jalan, sedangkan kami hanya sepanjang galah. Maafkan aku Ibu, terima kasih untuk segalanya.